Minggu, 20 Mei 2012

Andai Sepatuku Bisa Bicara


Pada kesempatan ini saya akan posting sedikit cerita dari masa lalu saya. Semoga dapat bermanfaat ;)

Kupandangi sepasang sepatu baru yang sudah sebulan bertengger di rak sepatu di belakang pintu. Sudah lama aku menginginkan sepatu baru yang bagus. Rasanya selalu tak sabar untuk segera memakainya saat sekolah. Tapi memandangi rak sepatu itu lama-lama membuatku termenung. Sebelumnya posisi sepatu itu ditempati oleh sepasang sepatu hitam bertali yang warnanya telah mulai memudar. Lubang tempat talinya pun banyak yang telah rusak. Sepintas tak ada yang istimewa dari sepatu bertali itu, tapi aku terus terkenang padanya. Pikiranku pun melayang ke masa saat masih memakai sepatu bertali itu.
Akhir November silam, krisis yang melanda perekonomian kelurga bertambah buruk. Sore itu Ibu menatapku dengan tatapan yang tak kupahami. Janjinya untuk membelikanku sepatu baru terancam tertunda, ini karena munculnya tagihan acara sekolah akhir tahun yang ingin kuikuti. Tiba-tiba aku merasa di hadapkan pada dua pilihan yang begitu sulit untuk kupilih. Awan gelap yang menyelimuti lagit dan hujan yang mulai turun diluar membuat perasaanku campur aduk. Aku terdiam sambil menunduk, tak berani menatap wajah Ibuku dengan tatapan mataku yang kecewa. Setelah berpikir panjang kuputuskan untuk menunda pembelian sepatu baru yang telah lama kunantikan itu. Namun  pikiranku kembali berkecambuk, sepatu lamaku yang rusak parah tak mungkin kupakai lagi. Lalu apa yang harus kupakai ke sekolah?
Seakan bisa membaca pikiranku, Ibu lalu mengeluarkan sepasang sepatu hitam bertali dari kotak yang sendari tadi ada disampingnya. Aku mengenali sepatu itu itu. Itu sepatu lama milik adik lelakiku yang seukuran denganku. Kondisinya masih baik meski ada lubang dibawahnya. Kuhembuskan nafas perlahan, berusaha membesarkan hatiku sendiri. Melihat kondisi keluarga saat itu memang tak mungkin untuk memaksa orangtuaku menuruti semua yang kumau. Daripada memakai sepatu lamaku yang rusak itu, mau tak mau kuterima juga sepatu bertali itu.
Kumulai hari-hari dengan sepatu bertali itu. Awalnya aku selalu membandingkannya dengan sepatu taman-temanku yang bagus. Aku tak menyukainya, sepatu bertali itu seakan membuat penampilanku semakin buruk. Apalagi setelah kupakai, lubang di sepatu bertali itu bertambah di bagian tumit. Ini membuatku selalu berusaha untuk menutupi lubang itu dari pandangan orang lain saat aku berjalan. Ingin rasanya kulepas sepatu itu dan tak memakainya lagi. Tapi aku tak punya pilihan selain memakainya.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, aku mulai menerima dan menyadari arti sepatu bertali itu. Sempat aku berpikir jika sepatu itu bisa bicara ia pasti juga menolak untuk kupakai. Aku mulai tersenyum bila air dengan mudah masuk melalui lubang itu saat hujan. Juga ketika tanah yang kupijak menyusup masuk ke dalam sepatu seusai penilaian lari, aku tertawa lepas tanpa rasa malu lagi. Mengingat saat itu membuatku kembali tersenyum kini. Memakai sepatu bertali yang penuh kekurangan itu membuatku memahami banyak hal. Memahami kerasnya usaha orangtuaku, mengerti rasanya untuk tidak memaksakan kehendak , dan menikmati bersyukurnya memiliki sepasang sepatu bagus yang tak semua orang bisa memilikinya.
Kutatap sepasang sepatu baru itu sekali lagi. Andai sepatu bisa bicara ,akan kukatakan padanya bahwa aku berjanji untuk merawatnya sepenuh hati. 
Demikian kisah sepatu saya dan saya, semoga dapat bermanfaat . :D